SERI HIKAM Jilid 5 (Melihat Kemungkinan Bukan Keadaan)

    Author: Unknown Genre: »
    Rating





    Karya MUHAMMAD LUTHFI GHOZALI
    Halaman X + 202. Ukuran 10x15
    Harga: Rp. 22.500,- 
    (belum termasuk ongkos kirim)

     

    Orang beriman tidak boleh hanya mampu melihat dan mensikapi keadaan dengan benar, tetapi juga mengantisipasi akibat yang bisa terjadi di balik keadaan tersebut dengan benar pula. Dengan membaca isyarat yang terbaca serta mempersiapkan diri sedini mungkin untuk menghadapi datangnya kenyataan dengan benar, adalah sikap yang arif dari seorang hamba yang matahatinya cemerlang.

    Manusia harus membeli, anugerah dengan ibadah dan musibah dengan dosa, meski semua itu sesungguhnya sudah ditetapkan Allah sejak zaman azali. Namun, oleh karena manusia akan menerima pahala amal, maka manusia harus memulai dengan amal perbuatan mereka sendiri. Itu adalah sunnah yang sudah ditetapkan Allah sejak zaman azali. Suatu saat Nabi Musa AS. berkata kepada Nabi Adam AS: “Wahai Bapak kami, seandainya engkau dahulu tidak berbuat dosa di surga, maka kami umat manusia tetap tinggal di sana untuk selamanya”, Nabi Adam AS menjawab: “Wahai Nabi Allah, dari mana engkau mengetahui aku berbuat dosa di surga?” Nabi Musa menjawab: “Dari kitabku yang turunkan Allah SWT. kepadaku”. Nabi Adam AS. meneruskan: “Lebih dulu mana kitabmu itu diciptakan dengan aku berbuat kesalahan di surga?” Nabi Musa AS. menjawab: “Lebih dulu kitabku diciptakan”. Nabi Adam AS. menjawab: “Carilah jawaban pertanyaanmu itu di dalam urusan tersebut”.
     
    Dosa yang diperbuat Nabi Adam AS. di surga, meski membawa musibah dan derita panjang, akan tetapi akhirnya ternyata membawa hikmah besar. Yakni pembelajaran bagi kehidupan. Dengan hikmah itu, disamping supaya tumbuh kedewasaan hidup di dalam jiwa manusia, juga supaya setiap individu menjadi sadar dan mawas diri terhadap segala perilaku dan perbuatan yang dilakukan. Hal itu disebabkan, karena : “(Azab) yang demikian itu adalah disebabkan perbuatan tanganmu sendiri, dan bahwasanya Allah sekali-kali tidak menganiaya hamba-hamba-Nya”. (QS. Ali-Imran ( 3);182).
     
    Sesungguhnya setiap individu sudah mendapatkan kesempatan untuk memilih, memperturutkan hawa nafsu atau bermujahadah mengikuti ilmu dan iman. Selanjutnya, manusia akan dipaksa oleh keadaan yang telah diciptakannya sendiri dengan pilihannya itu. Keadaan itu adalah akibat perbuatan yang sudah mereka lakukan sendiri. Sekali-kali Allah tidak berbuat aniaya kepada hamba-hamba-Nya. “Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya” (QSAn-Najm( 53);39).

    Leave a Reply

    About Me