SERI HIKAM Jilid 3 (Mengapa Balasan Amal Tidak Diberikan Di Dunia)

    Author: Unknown Genre: »
    Rating



    Karya MUHAMMAD LUTHFI GHOZALI
    Halaman XII + 195. Ukuran 10x15
    Harga: Rp. 22.500,- 
    (belum termasuk ongkos kirim)

     

    Oleh karena amal ibadah yang dilaksanakan hanya didasari ketakwaan, tanpa sedikitpun dicampuri syirik dan sesuatu yang membatalkan pahala ibadah, maka meski amal tersebut amal yang kecil, amal itu akan bernilai besar. Hal itu disebabkan, karena amal itu dihadapkan kepada Dzat Yang Maha Besar. Disamping itu, oleh karena adanya surga itu di akhirat, maka pahala amal itu tidak mungkin dapat dilihat oleh manusia di dunia, sebagaimana yang telah ditegaskan Allah SWT. dengan firman-Nya: ”Seorangpun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan. (QS. as-Sajadah; 32/17)
     
    Namun demikian, meskipun pahala amal ibadah itu tidak dapat dilihat di dunia, tapi buahnya sesungguhnya dapat dirasakan di dunia, baik secara ma’nawiyah yakni secara ilmiah melalui apa-apa yang telah banyak dijanjikan Allah SWT. dengan firmanNya maupun secara hissiyah yaitu melalui kekuatan iman dan yakin dalam hati terhadap janji-janji tersebut. Seperti orang yang percaya dia akan mendapatkan hadiah di Jakarta misalnya, padahal dia di Semarang, maka perjalanan dari Semarang ke Jakarta untuk mengambil hadiah itu adalah perjalanan yang menyenangkan. Namun sebaliknya, orang yang dikirim dari Semarang untuk menjalani hukuman di Jakarta, orang tersebut pasti akan merasakan perjalanan Jakarta Semarang itu dengan menyedihkan dan menyakitkan. Itulah i’tibar perjalanan hidup seorang hamba di dunia.
    Orang yang beriman, meski mereka tidak dapat melihat pahala amal ibadahnya dengan mata kepala, tapi sesungguhnya dapat merasakannya dengan matahati, itulah yang dimaksud dengan ayat di atas: “Yang menyedapkan pandangan mata” atau “Qurratu a’yunin”. Adapun orang yang berbuat dzalim akan menjalani kehidupan dunianya dengan tanpa adanya kedamaian. Hal itu disebabkan, karena walau pikirannya tidak mengerti terhadap apa yang akan terjadi di kemudian hari, namun hatinya merasakan bahwa dia akan mendapatkan siksa dari kedzaliman yang sudah diperbuatnya di dunia.

    Leave a Reply

    About Me